(sebuah litani* buat guru bangsa)
EKSPRESI: saat mengikuti lomba baca puisi di kampus Unikama dalam rangka Diesnatalis HMPS PGSD Tahun 2005 |
1. DI KELAHIRANNYA
Sampai kemarin,
Ketika … semua babi rusa,
Komodo dan badak bercula,
Hidup terlindung petaka
Dalam satu undang-undang
Guruku malang,
Sebagai malaikat yang terikat
Hidup penuh hampar
Tanpa perlindungan
Sepenggal undang-undang
2. DI DUNIANYA
Tanpa sebuah kepalsuan
Semua guru meyakini
Guru artinya ibadah
Tanpa sebuah kemunafikan
Semua guru berikrar
Mengabdi kemanusiaan
Tapi dunianya … ternyata tuli
Setuli batu … tak berhati
Otonominya, kompetensinya, profesinya
Hanya sepuhan pembungkus rasa getir
Tatkala dunianya tidak bersahabat
Tidak mungkin menjadi guru yang Guru
Hingga ketika guru syuhada,
Tiada tempat di makam pahlawan
3. DI HATI KECILNYA
Dengan sikap terbata-bata
Dengan tersendat-sendat
Dengan hati bersumbat darah
Guru bertanya dalam gumam;
Mungkinkah berharap yang terbaik
Dalam kondisi yang terburuk
Bolehkah kami bertanya
Apa artinya bertugas mulia
Ketika kami hanya terpinggirkan
Tanpa ditanya, tanpa disapa?
Kapan sekolah kami
Lebih baik dari kandang ayam!
Kapan pengetahuan kami
Bukan ilmu kadaluarsa!
Mungkinkah berharap yang terbaik
Dalam kondisi yang terburuk?
Kenapa … ketika orang menangis
Kami harus tetap tertawa?!
Kenapa … ketika orang kekenyangan
Kami harus tetap kelaparan?!
Bolehkah kami bermimpi,
Didengar ketika bicara,
Dihargai layaknya manusia,
Tidak dihalau ketika bertanya?
Tidak mungkin berharap yang terbaik
Dalam kondisi yang terburuk!
4. DI BATU NISANNYA
Disejuta batu nisan guru tua
Yang terlupakan oleh sejarah
Terbaca torehan darah kering:
“disini…berbaring seorang guru
Semampu…membaca buku usang
Sambil belajar…menahan lapar
Hidup sebulan…dengan gaji sehari”
Itulah nisan sejuta guru tua
Yang terlupakan oleh sejarah.
Kematiannya tidak ditangisi,
Tiada bunga, tiada meriam,
Tiada doa … in memoriam!
Tanpa bendera setengah tiang
Sedikitpun sekolah tidak libur
Hanya…seorang guru…berlalu
Seorang guru tua
Dari sejuta pelaku sejarah
5. DI MATA BANGSANYA
Bangkitlah, bangkitlah guruku
Kehadiranmu tidak tergantikan
Biarlah dunia ini menjadi saksi
Kau bukan guru negeri
Kau bukan guru swasta
Kau adalah guru bangsa
Kalau engkau mau
Kalau saja engkau mau
Memberikan yang terbaik
Dan hanya yang terbaik
Kalau saja engkau mau
Memanusiakan manusia
Membudayakan bangsa
Mengindonesiakan nusantara
Satu generasi ditanganmu
Seagung sebuah maha karya
Satu besok menunggumu
Indah dari seribu kemarin
Maha guru bangsa ini
Sekarang waktumu
Melahirkan kembali
Sebuah Indonesia raya
(pernah dibaca Prof. Dr. Winarno S pada peringatan hari guru ke 60 di stadion Manahan Surakarta tanggal 27 nop.2005)